Sejarah Terbentuknya Kecamatan Takisung

Kecamatan Takisung diresmikan pada tanggal 15 Agustus 1957 oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Banjar. Pada awal terbentuknya Kecamatan Takisung hanya terdiri dari Desa Takisung, Desa Benua Lawas, Desa Ranggang, Desa Tabanio dan Desa Kuala Tambangan. 

Kecamatan Takisung pada awal terbentuknya dipimpin oleh pamong praja yang mengurusi transmigrasi di wilayah Takisung sekitarnya yaitu sekitar tahun 1953. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kecamatan takisung.

Menurut data toponimi Kabupaten Tanah Laut nama Takisung berasal dari cerita bahwa dahulu kala kapal-kapal Portugis singgah di tempat ini dan mereka mendirikan tenda-tenda untuk berkemah di pinggiran pantai. Mereka menyalakan api unggun sehingga warga di sekitar tempat itu berdatangan. Pimpinan rombongan portugis akhirnya berkata dalam bahasa inggris "Take a Song, dan semua yg ada di pantai itu bernyanyi dan berjoget. Kata "Take a Song" yang didengar warga di sebut dengan bahasa banjar "tak i sung" dan akhirnya mereka tulis sesuai dengan apa yang mereka dengar "tak i sung".

Kecamatan Takisung merupakan salah satu kecamatan awal pada berdirinya Kabupaten Tanah Laut, dengan dasar hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin, Daerah Tingkat II Tabalong.

Benteng Tabanio

Benteng Tabanio di Desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Kalimantan Selatan, dibangun oleh Belanda pada tahun 1789. Benteng ini memiliki peran penting dalam sejarah, terutama selama Perang Banjar, di mana benteng tersebut sempat direbut dan direbut kembali oleh pasukan Belanda dan pasukan pimpinan Haji Boejasin.

Pembangunan:
Benteng Tabanio dibangun oleh Belanda pada tahun 1789 dalam rangka penguasaan ekonomi dan wilayah. Lokasinya yang strategis, di dekat muara Sungai Tabanio dan Laut Jawa, menjadikan benteng ini penting dalam jalur perdagangan dan kontrol wilayah.
 
Perang Banjar:
Benteng Tabanio menjadi lokasi penting dalam Perang Banjar. Haji Buyasin dan pasukannya berhasil merebut benteng ini pada bulan Agustus 1859, namun benteng tersebut kemudian direbut kembali oleh Belanda.
 
Keadaan Saat Ini:
Saat ini, sisa-sisa Benteng Tabanio masih bisa ditemukan, meskipun telah tertutup tanah dan rumput. Batu bata dan bekas peluru masih dapat ditemukan, dan beberapa gundukan tanah kemungkinan merupakan bekas bastion.
 
Kaitan dengan Sejarah Lain:
  • Benteng Tabanio juga berkaitan dengan Benteng Tatas di Banjarmasin, yang menjadi pusat perekonomian Kalimantan Selatan.
  • Benteng Tabanio memiliki kaitan dengan perkebunan lada, perikanan, dan tambang emas Pelaihari yang menarik perhatian bangsa Eropa di abad ke-18.
  • Benteng Tabanio pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial dari tahun 1866 hingga 1879.
Kesimpulan:
Benteng Tabanio adalah bukti sejarah penting tentang kedudukan Belanda di Tanah Laut dan peran pentingnya dalam Perang Banjar. Meskipun bangunan benteng sudah tidak ada lagi, sisa-sisa benteng masih bisa ditemukan dan memberikan informasi tentang masa lalu.